Sekjen Kemenag : Transformasi Perguruan Tinggi Harus Perhatikan Tiga Matra Keilmuan

By Abdi Satria


nusakini,com-Bengkulu-Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan menekankan kepada civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu untuk memperhatikan Pekerjaan Rumah (PR) akademik dari istritut menjadi Universitas. 

“Bicara dunia Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) adalah isinya. Saya menitik beratkan PR akademik dari Institut menjadi Universitas. Ketika kita bicara orientasi Dirasah Islamiyah (Islamic Study) ini unik, tidak bisa disamakan dengan disiplin ilmu lain, karena harus dilihat dari 3 matra sekaligus,” kata M Nur Kholis saat menjadi narasumber pada acara Orientasi Penguatan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, Sabtu (04/01). 

M Nur Kholis menjelaskan bahwa Dirasah Islamiyah bisa dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: sebagai rumpun ilmu, bidang ilmu, dan spesialisasi ilmu. Dirasah Islamiyah sebagai rumpun ilmu pada jenjang madrasah, dari MI sampai MA; sebagai bidang ilmu pada jenjang Strata 1, sedang sebagai spesialisasi ilmu pada S2 dan S3. 

Dijelaskan M Nur Kholis sebagaimana lima mata pelajaran agama yang diajarkan di Madrasah adalah ekstrak dari Dirasah Islamiyah seperti Al-Quran Hadis. Mata pelajaran ini mengenalkan dan mengarahkan peserta didik pada sumber segala sumber. Sumber kebenaran dari sudut pandang manapun adalah Alquran dan sunah. 

Ada Fikih, ini merupakan mata pelajaran yang mengajarkan intelektualitas, kreatifitas berpikir dan keberanian berpikir. Mata pelajaran Fikih bukan hanya hafalan, tetapi kreativitas berpikir. Fikih juga mengajarkan toleransi dan menghargai pendapat. Karena dalam fikih tidak bisa dielakkan adanya varian perbedaan pendapat. 

Ada juga Akidah Akhlak. Mata pelajaran ini menanamkan pondasi agar siswa tidak terjebak ekstrimisme, baik kiri (liberalisme) maupun kanan (radikalisme). "Ada keseimbangan antara moraliras dan intelektualitas. 

Lalu, Sejarah Kebudayaan Islam. Mata pelajaran ini hendak memberikan contoh. Ketika Alquran hadis mengajarkan sumber kebenaran, fikih mengajarkan intelektualitas, kreatifitas dan keberanian berpikir, maka Sejarah Kebudayaan Islam menyajikan contoh kehidupan masa lalu. 

“Apa yang sudah dipraktikkan oleh para ulama. Tokoh-tokoh ilmuan Islam tidak pernah tabu berbeda pendapat, meski hubungan guru murid. Apa yang disuguhkan dalam SKI adalah contoh peradaban Islam, ada toleransi, kreatifitas berpikir, kebebasan berpikir, tetapi pada saat yang sama ada ketawadhuan (akhlak),” jelas Sekjen. 

Seterusnya mata pelajaran Bahasa Arab. Ini menjadi sumber utama Islam karena Alquran berbahasa Arab. Bahasa Arab diajarkan dalam rangka menggali kebenaran dari sumber kebenaran, juga dalam rangka mengkaji metode berpikir para ulama. 

“Bahasa Arab yang diajarkan di Madrasah, juga di pesantren adalah bahasa peradaban klasik. Materi Bahasa Arab sekarang hendaknya dimasukkan bahasa arab modern, sebagai modal pergaulan dunia,” harap Menag. 

Dalam pandangan M Nur Kholis, Alquran dan Hadis sebagai sumber kebenaran ilmu. Disinilah Fiqh dan Ushul Fiqh terus dikembangkan sebagai kebebasan berfikir. Sebab, kebebasan berfikir harus diimbangi dengan aqidah akhlak. 

“Sehebat apapun keilmuan tidak boleh melebihi kemanusiaan. Tidak hanya pinter, tapi bener, banyak orang pinter tapi keblenger,” kata Sekjen disambut gelak tawa civitasa akademika IAIN Bengkulu. 

M Nur Kholis berharap manusia Indonesia yang di didik PTKI harus tau sumber keilmuannya, kritis, beretika dan menjadi tauladan baru. Oleh karenya, transformasi kelembagaan itu menjadi penting. Sebab, ketika masih berstatus sebagai Institut, spesialisasi keilmuannya masih sebagai bidang, belum interdisiplin, sebab belum ada program pendukung keilmuan lainnya. 

“Ketiga matra keilmuan tadi menjadi istimdad (alat bantu) agar menjadi spesialis, karena pendukungnya banyak atau kaya,” tegas Sekjen. 

Rektor IAIN Bengkulu Sirajuddin M, melaporkan bahwa perjalanan transformasi IAIN Bengkulu sudah berjalan baik semua. Informasi terakhir sedang menunggu pengantar Kemenpan-RB. 

“Semoga proses transformasi berjalan lancar dan segera terwujud menjadi Universitas. Pemda, tokoh adat dan tokoh masyarakat mendukung transformasi ini. Semoga tahun 2020 bisa lebih baik dari tahun kemaren,” harap Sirajuddin. 

Dilaporkan Rektor juga bahwa penyelenggaraan AICIS tahun 2020 akan diadakan di Bengkulu. Ini akan membawa dampak luar biasa, sebab menjadi inspirasi lebih baik di tengah masyarakat melihat IAIN Bengkulu. 

Tampak hadir dalam acara Wakil Rektor, para Dekan, Karo dan segenap civitas Akademika IAIN Bengkulu, serta Kakanwil Kemenag Provinsi Bengkulu Bustasar.(p/ab)